“JEOSONGHAMNIDA… aku terlambat!”
Lelaki dengan blazer berwarna kelabu itu tersentak, kemudian menoleh dan menyunggingkan senyum penuh arti. Senyuman yang indah tertuju pada gadis berbando pink, yang ikut tersenyum sembari menghampirinya. Sejenak keduanya saling menatap, setelah itu merapatkan telapak tangan untuk berdoa didepan makam seseorang. Angin musim gugur yang berembus sesekali menyebar aroma dupa yang baru saja dibakar oleh Luhan. Suasana begitu tenang pada saat itu.
“Seohyun-ah” Luhan memanggil gadis itu, membuat matanya membulat. Ah… Betapa menyenangkan melihat mata indah gadis tersebut secara langsung. Betapa leganya ketika Luhan tak perlu bermain dengan ingatannya hanya untuk menghilangkan sesak akibat merindukan Seohyun.
Bibir Seohyun memperlihatkan celah “L-luhan-sshi… Waeguraeyo?”
Tatapan Luhan melembut sebelum beralih menatap pigura wajah dari orang yang dimakamkan itu “Amugeoto aniya…”
“Luhan-sshi..?”
Lelaki itu kembali menatap Seohyun sembari berkata “… Aku hanya… Hanya merasa bahwa aku kembali hidup. Aku bisa bernapas tanpa beban”
“Luhan-sshi…”
Seohyun menatapnya dalam. Dan ketika dia ikut menatap gadis tersebut, Luhan jadi semakin yakin bahwa dirinya telah benar-benar hidup tanpa beban. Dia merasakan kebebasan yang sebenarnya hanya dengan tatapan itu… Ah, keberadaan gadis itu sungguh menciptakan kehidupan bagi seorang Luhan.
“Dan itu semua…” Luhan menjeda. Angin musim gugur berembus cukup kencang dalam kurun jeda itu, menghadirkan suasana khas yang menciptakan keheningan diantara keduanya.
“…karena aku…”
Luhan baru akan mengatakan hal yang penting ketika suara suara berbisik yang tak asing itu tertangkap oleh telinganya. Seketika tatapan lembut lelaki itu berubah tajam. Lelaki itu tahu persis siapa pemilik suara-suara yang dia dengar. Dia menduga mereka bersembunyi diantara rimbunan semak yang menguning di sekitar mapel, dan Luhan mendekati Seohyun sebelum berbisik ‘Mereka disana…’
Mata Seohyun membelalak ‘Jeongmal?! Aish, eonni dan dongsaeng Hun pasti mengikutiku tadi…’
“Tapi aku punya rencana untuk membuat mereka keluar dari sana. Aku perlu botol air mineralmu.”
Seohyun mengernyit. Botol air mineral?
“Kau tahu kan, kemampuanku sebagai stiker tim sepak bola SMA Sangjoo?”
Seohyun akhirnya mengerti, lalu mengangguk dengan senyum di wajahnya “heum!” Gumamnya sembari menyerahkan benda yang diminta Luhan darinya. Lelaki itu kemudian meletakkan botol mineral tepat di depan sneakernya, melakukan gerakan ringan dan…
“APPEUN!!!”
Suara gemerisik terdengar ketika seorang gadis dan seorang lelaki muncul dari balik semak dengan mengelusi kepala masing-masing. Seohyun dan Luhan tertawa ringan untuk keberhasilan rencana mereka.
“Yak, Luhan! // Hyungnim~~” kedua orang itu berseru dalam waktu yang sama. Luhan tak peduli, wajah Seohyun terlihat meringis seakan merasakan sakit yang dirasakan dua orang yang dari tadi mengikutinya itu.
“Yak, Seohyun eonni… Kenapa mengikutiku?”
Mendengar pertanyaan yang ditujukan padanya, gadis yang dipanggil Seohyun angkat bicara “Habis, kau bersama dengan serigala berkedok rusa itu, makanya aku cemas”
“Tapi Luhan-sshi orang yang baik…”
“Tetap saja… Dia berbahaya dan aku tahu itu, Seo!”
Sementara perdebatan kecil terjadi, dua lelaki itu hanya sibuk berpandangan sebelum akhirnya lelaki yang ikut bersembunyi di semak itu menghampiri Luhan lalu berbisik pelan “Mian, hyung…. Seohyun nuna benar-benar mencemaskan gadis itu jadi…”
“Ya, aku mengerti, Hun.”Ujarnya “Karena dia Seohyun, jadi aku mengenalnya dengan sangat baik”